-->

Menuju Museum PETA Bersamaan dengan Hujan


Museum PETA, Bogor, Kota Bogor, Museum di bogor, bogor kota hujan, bogor kota pembela tanah air, travel blogger,

Tentang Bogor dengan sebutannya sebagai Kota Hujan. Beberapa kali saya mengunjungi Bogor, dengan iming-iming ingin refreshing mengembalikan kesegaran pikiran yang sudah terlalu penat dengan carut marut Kota Tangerang maupun Jakarta.

Mengapa memilih Bogor? Karena selain mudah dijangkau dengan transportasi umum yakni dengan menggunakan KRL, Bogor juga memiliki kesan sejuk di mata dan hati ini. Sejuk karena kerindangan pohon-pohon yang menghiasi jalan yang saya susuri bersama teman. 

Pagi itu pada November 2018 lalu, dengan segala planning yang telah dibuat untuk perjalanan kali ini, saya bersama kedua teman Blogger yakni Ana yang saya kenal dari Komunitas Blogger BerKaTa dan Rin yang saya kenal dari Komunitas Blogger Jakarta hendak menyusuri Bogor yang telah mempunyai kesan adem di hati dan pikiran ini. 

Tentunya kami memakai transportasi umum yang terkenal merakyat, yakni KRL. Dari Kutabumi Tangerang saya susuri jalan yang menjadi Kota kelahiran ini. Seperti biasa, untuk mengejar waktu, saya gunakan jasa ojek online untuk mengantar saya sampai di stasiun Tangerang.

Pagi itu udara Tangerang terasa sejuk, entah karena saya sudah terbawa oleh sejuknya udara Bogor. atau karena macetnya jalanan Tangerang, juga tidak saya rasakan saat perjalanan kali ini, ya mungkin karena Weekend dan matahari belum terlalu menampakkan sinarnya.

Sesampainya  di stasiun Tangerang, saya membeli kartu tiket sekali pakai yang tersedia di loket kasir. "Delapan belas ribu mba, ucap kasir.", itu berarti Tangerang-Bogor dengan menggunakan KRL dikenakan tarif 8.000 karena 10.000 untuk uang jaminan kartu yang nantinya bisa ditukarkan saat kartu tidak lagi dipakai. Entah itu ditukar saat sampai di Bogor atau saat kembali pulang di Tangerang.

Tiket sudah ditangan, selanjutnya adalah tap in dan dilanjutkan dengan menuju gerbong KRL. Pagi itu saya merasa tidak enak dengan Ana karena dia sudah sampai di stasiun sedari tadi (kami nantinya akan bertemu di Stasiun Pondok Ranji, karena Ana berangkat dari Stasiun Balaraja dan Rin yang dari Pondok Ranji belum berani naik kereta sendirian).

Selama perjalanan di dalam gerbong kereta, saya sudah membayangkan bagaimana keseruan perjalanan nanti bersama Ana dan Rin. Karena sudah lama saya tidak jalan dengan mereka. FYI, hari itu juga merupakan kali pertama saya mengenalkan Ana dengan Rin. Diantara kami bertiga, umur saya yang paling tua dan Rin yang paling muda. Tapi, bukankah berteman bukan soal umur? Tapi soal kecocokan!

Gerbong kereta melaju dengan kecepatannya, sama seperti waktu yang terasa sangat cepat jika digunakan untuk hal yang bermanfaat. Selama perjalanan dalam gerbong diantara keramaian, tentu saya saling balas pesan dengan kedua teman lainnya. Memastikan sedang berada di mana saat ini.

Sesampainya di Stasiun Duri, saya mesti lanjut ke tanah abang untuk transit. Rutenya seperti ini untuk bertemu kedua teman lainnya : Tangerang - Duri - Tanah Abang - Pondok Ranji. Dari peron yang satu ke peron lainnya saya berpindah, pun dari stasiun satu ke lainnya. Meski harus berlari dan berdesak-desakan dengan pejuang KRL lainnya. Sungguh, saya menikmati suasana hari itu. Saya menikmati traveling dengan segala perjuangannya. Halah lebay ini~

Sesampainya di Stasiun Pondok Ranji, saya melihat Ana dari kejauhan. Karena jalur kami berbeda, jadi seberangan gitu. Saya mesti melewati lorong bawah tanah untuk menemui Ana. Anak tangga demi anak tangga saya turuni kemudian saya naiki untuk ke jalur di mana Ana menunggu. Dan sesampainya saya di hadapan Ana, saya langsung say Hello dan yeah rame dah kalau sudah bertemu dengan perempuan yang satu ini. Selanjutnya, kami menunggu kedatangan Rin, sambil berbincang-bincang percakapan yang saya pun sudah lupa apa yang telah dibahas.

Ada pesan masuk dari Rin di HP saya, mengabarkan bahwa Rin telah sampai di Stasiun Pondok Ranji (Tempat saya dan Ana menunggunya). Benar saja, saya pun melihat Rin dengan kemeja garis-garis serta jaket coklat, levis biru, serta sepatu yang dikenakannya di seberang sana (Jalur yang berbeda). Akhirnya Rin menghampiri kami dengan nada ngos-ngosan seperti telah mengejar waktu.

Kami bertiga telah berkumpul, dan traveling ala Millenials Blogger akan segera dimulai :)

Kami langsung naik gerbong kereta menuju stasiun Tanah Abang untuk transit. Gerbong pagi itu penuh dengan keramaian berbagai usia dan kalangan. Namun, kami tetap menikmatinya.

Bersama dengan laju kereta, kami saling melempar percakapan. Hingga tak terasa sudah sampai di Stasiun Tanah Abang. Sesampainya di stasiun Tanah Abang, kami berpindah jalur yang mesti banget naik dan turun anak tangga. Hingga kami tiba di gerbong kereta menuju Stasiun Bogor yang ramai penumpang. Kami bertiga awalnya berdiri, karena sudah tidak ada tempat duduk yang kosong, dan sudah kewajiban anak muda dengan fisik yang bugar untuk memberikan kursi kepada yang lebih membutuhkan.
Kereta terus melaju bersamaan dengan salam yang ada di hati ini teruntuk seorang yang sedang dalam rindunya.
Hingga di antara kami bertiga, satu demi satu mulai mendapat kursi untuk duduk. Meskipun tempat duduk kami sempat terpisah, namun kami tetap menikmati perjalanan itu karena hati kami yang sedang bersatu.

Dari jendela gerbong kereta, terlihat kecerahan hari ini yang begitu terik. Sehingga, membuat kami merasa haus yang mesti diobati dengan es. Kalau si Ana sih mesti banget minum tea jus saat haus.

Setelah tiba di Stasiun Bogor, kami mampir terlebih dahulu ke minimarket untuk membeli minuman dingin. Namun, tak juga didapat apa yang hati inginkan. Akhirnya kami keluar minimarket dengan tidak membeli apapun. Setelah itu kami langsung tap out kartu tiket dan dilanjutkan dengan menukarkannya di Kasir dengan mendapat 10.000.

Yeay, perjalanan dimulai. Alhamdulillah kami masih diingatkan oleh Allah SWT untuk menemuinya di Mushollah yang berada di dekat parkiran stasiun. Namun, tidak untuk Rin karena sedang berhalangan.

Setelah melakukan kewajiban antara hamba dan Tuhannya. Selanjutnya kita memulai traveling dengan berjalan kaki untuk menaiki angkot 07 berwarna hijau. Tujuan kami kali ini adalah Museum PETA (Pembela Tanah Air).

Sebertemunya kami dengan angkot yang dicari, kami pun menaikinya. Selama di dalam angkot, saya sibuk memperhatikan Kota Bogor yang ternyata juga memiliki sebutan sebagai Kota Pembela Tanah Air (PETA) yang telah resmi dinyatakan dalam SK DPRD Kotamadya Tingkat II Bogor pertanggal 19 Oktober 1995.
Museum PETA, Bogor, Kota Bogor, Museum di bogor, bogor kota hujan, bogor kota pembela tanah air, travel blogger,
Pertigaan Jalan dari turun angkot menuju Museum PETA [Foto : Dok. Pribadi]
Untuk tarif angkot seharga 4.000 perorang untuk sekali jalan. Terhitung dari Stasiun Bogor sampai pertigaan jalan menuju Museum PETA. Setibanya kami di pertigaan jalan, seolah menemukan surga di Kota Bogor setelah lama menahan rasa haus. Kami menemukan penjual es jeruk bergerobak yang mangkal tepat di pertigaan jalan.

Seolah rasa haus ini terbayar oleh es jeruk yang telah masuk ke dalam kerongkongan. Tak lama kemudian langit mendung dan mulai gerimis turun, tepat ketika kami hendak berjalan menuju Museum PETA. Namun kami tetap melanjutkan perjalanan karena hanya gerimis yang turun. Seiring dengan langkah kaki kami menyusuri Bogor, hujan pun turun dengan derasnya membasahi kami.

Kami memutuskan untuk meneduh terlebih dahulu. Dari pada kami dibasahi air hujan, lebih baik kami menepi untuk berteduh pada pos scurity yang ada di salah satu gedung. Dalam traveling, rindu boleh membasahi hati, namun tidak dengan pakaian. Alasan utamanya, karena kami tidak membawa salinan.

Setelah hujan lumayan reda, dan hanya meninggalkan rintik-rintik gerimis, kami pun melanjutkan perjalanan kembali untuk menuju Museum PETA.

Beriringan dengan kendaraan yang lalu lalang di jalan raya, kami berjalan di atas trotoar. Tak terasa, kami pun telah tiba di Jln. Jend. Sudirman No. 35, Pabaton, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16121 tepat di depan Museum PETA yang tampak sepi pengunjung. "Mungkin karena sedang hujan, atau mungkin hanya kebetulan" Pikirku kala itu.
Museum PETA, Bogor, Kota Bogor, Museum di bogor, bogor kota hujan, bogor kota pembela tanah air, travel blogger,
Tampak dari luar Museum PETA [Foto : Dok. Pribadi]
Museum PETA (Pembela Tanah Air) merupakan museum yang didirikan untuk memberikan penghargaan kepada mantan tentara PETA atas kontribusinya dalam pendirian bangsa dan negara. Selain itu, museum yang terletak di Bogor ini juga didirikan untuk memberi gambaran perjuangan kemerdekaan Indonesia dan persiapan dalam mengisi kemerdekaan.
Museum PETA, Bogor, Kota Bogor, Museum di bogor, bogor kota hujan, bogor kota pembela tanah air, travel blogger,
Museum PETA [Foto : Dok. pribadi]
Dibangun pada tahun 1745 oleh tentara knil dengan gaya bangunan Eropa (Inggris), Museum PETA awalnya digunakan sebagai pusat pelatihan pasukan tanah air (walaupun masih di bawah kontrol Jepang) pada tahun 1943.

Pembangunan Museum PETA sendiri dimulai pada tanggal 14 November 1993 dengan peletakan batu pertama oleh Wakil Presiden RI yang juga merupakan sesepuh YAPETA yaitu Umar Wirahadikusumah. Pembangunan tersebut memakan waktu kurang lebih 2 tahun dan diresmikan oleh Presiden RI Soeharto pada tanggal 18 Desember 1995 untuk mengenang, melestarikan perjuangan yang telah dilakukan mantan tentara PETA kemudian bergabung badan keamanan rakyat kemudian jadi cikal bakal TNI. 

Di bagian depan kami sudah disambut oleh patung Jenderal Soedirman dan Supriyadi. Tak ketinggalan dengan tank yang berada di samping kedua patung. Bentuk bangunannya pun terlihat unik dengan dikelilingi oleh tembok-tembok tinggi berwarna coklat muda.
Museum PETA, Bogor, Kota Bogor, Museum di bogor, bogor kota hujan, bogor kota pembela tanah air, travel blogger,
Difotoin Ana

Museum PETA, Bogor, Kota Bogor, Museum di bogor, bogor kota hujan, bogor kota pembela tanah air, travel blogger,
Difotoin Ana

Museum PETA, Bogor, Kota Bogor, Museum di bogor, bogor kota hujan, bogor kota pembela tanah air, travel blogger,
Saya dan Rin, difotoin sama Ana

Saat memasuki pintu utama yang seperti lorong, kami disuguhkan oleh relief yang menghiasi tembok sisi kanan dan kiri. Relief ini mengisahkan bagaimana pelatihan dan perjuangan PETA saat itu. Tak ketinggalan juga perjuangan Shodanco Supriyadi memimpin pemberontakan PETA di Blitar.

Selanjutnya kami membeli tiket dengan harga 10.000 Perorang karena terhitung pengunjung umum kali ya. Mungkin kalau untuk study tour lebih murah. Setelah menerima tiket, kami mulai memasuki ruangan Museum PETA dengan melihat-lihat pelajaran yang telah disuguhkannya dalam bentuk berbagai macam diorama yang terdiri dari 14 diorama serta aneka ragam bentuk senjata yang pada masanya pernah digunakan oleh PETA dalam berbagai pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Museum PETA, Bogor, Kota Bogor, Museum di bogor, bogor kota hujan, bogor kota pembela tanah air, travel blogger,
Museum PETA, Bogor, Kota Bogor, Museum di bogor, bogor kota hujan, bogor kota pembela tanah air, travel blogger,

Museum PETA, Bogor, Kota Bogor, Museum di bogor, bogor kota hujan, bogor kota pembela tanah air, travel blogger,

Museum PETA, Bogor, Kota Bogor, Museum di bogor, bogor kota hujan, bogor kota pembela tanah air, travel blogger,

Setelah puas mengelilingi ruangan di dalam museum, kami pun menyusuri bagian belakang Museum yang ternyata setelah lama kami keliling, wilayah itu bukan termasuk Museum PETA. Jleb, berasa orang ilang keliling di wilayah privasi.
Museum PETA, Bogor, Kota Bogor, Museum di bogor, bogor kota hujan, bogor kota pembela tanah air, travel blogger,
Difotoin Ana
Tak terasa waktu dengan cepatnya melaju. Menunjukkan bahwa kami harus segera beranjak untuk pulang. Tapi nanti dulu deh! Perut kami lapar, dan kebetulan di sebrang Museum PETA ada rumah makan ayam geprek dengan harganya yang terjangkau sudah jelas tertulis di spanduk. Karena tuntutan perut yang lapar, akhirnya kami pun mampir dulu ke Rumah makan ayam geprek.

FYI, di rumah makan ini ada berbagai pilihan menu yang bisa kami sesuaikan dengan keadaan kantong masing-masing. Dan saya memilih nasi dengan lauk sate ampela yang disajikan dengan lalap segar khas sunda. Tak ketinggalan yang menjadi favorit saya adalah sambalnya. Soal minum, saya gak beli karena air mineral yang dibawa memakai tumblr masih banyak. Jadi untuk semua makanan itu, saya cukup mengeluarkan uang seharga 14.000. Gimana? Worth it banget kan! Soal rasa mah jangan ditanya ya, enak dah pokoknya!

Setelah perut kami terisi dan tak berontak. Kami pun menuju masjid yang berada tepat di samping Museum PETA untuk menghadap Allah SWT. Menurut saya, masjidnya bagus dan bersih. Tersedia juga mukena untuk kami.

Perjalanan kali ini berakhir di sore hari sebelum matahari menenggelamkan sinarnya. Kalau saja keesokan harinya waktu saya senggang, mungkin saya akan mengajak kedua teman saya untuk menginap di Hotel Murah yang berada di Bogor. Tentunya dengan menggunakan aplikasi andalan kami.

Namun, seperti itulah hidup. Apa yang kita inginkan tak selamanya sepakat. Soal waktu, biaya, pikiran, dan hati. Kami menutup perjalanan dengan menaiki angkot 07 seperti saat berangkat. Lalu sampai di Stasiun Bogor menaiki gerbong kereta untuk pulang menuju istana masing-masing.

Terimakasih untuk perjalanan yang penuh dengan kesan.

12 Responses to "Menuju Museum PETA Bersamaan dengan Hujan"

  1. Karena es tejus is my life wkwkwk
    La iya hasil foto Ana kabeh😂😂
    Yuk Bandung yuk😍😍

    BalasHapus
  2. museum itu tiketnya murah tapi kenapa masih banyak orang yang gak tertarik untuk kesana ya hmmm...
    kalo saya masih cinta dengan museum-museum yang ada di Indonesia. Tapi belum pernah denger ada musuem peta di BOGOR. cuacanya kayaknya abis ujan ya mba. Travelingnya asyik banget ya rame-rame. next time aku pengen juga kesana deh hihi. cuma 10 rb murce bangeett

    BalasHapus
  3. Wah bagus banget ya tempatnya, liburan ke sana sekalian belajar hehe

    BalasHapus
  4. Seru banget nih bisa liburan ke Bogor aku juga pingin ke sana tapi belum kesampaian

    BalasHapus
  5. Bogor terkenal dengan kota hujan memangnya di sana setiap hari turun hujan kah?

    BalasHapus
  6. Dengan mengunjungi museum seperti itu menjadikan kita mengenang perjuangan para pahlawan yah

    BalasHapus
  7. Seru banget ya bisa ke museum PETA aku aja pingin ke sana dari dulu hehe

    BalasHapus
  8. aaah cita-citaku pengen nyusuri museum deh cuma gak ada temennya, ajak ajak dong :D

    BalasHapus
  9. keren nih, mainnya ke museum. saya terakhir kali ke museum udah lama banget, tahun 2013an kayaknya. Itupun museum yang ada di kota tua. museum lain kayaknya belum ada yg aku kunjungi deh.

    Boleh juga nih stasiun Peta, lumayan deket kalo naik kereta dari pondok ranji yaa. rumah ku daerah situ soalnya.. hehe..

    salam kenal mbak mardhiyah, namanya sama kayak temen ku (tuh yang diatas).. hehe..

    BalasHapus
  10. baca ini jadi mikir, kapan terakhir kali naik angkot.
    keseringan naik ojol :"")

    btw, dari kapan tau pengen backpacker ke bogor tapi blom kesampean wkkw

    BalasHapus
  11. Okei.. Catat.. Kalau ke Bogor besok main ke sini dah..

    Btw.. Itu betul kah dibangun tahun 1745 ..?? Zaman VOC berarti..?
    Mataram Islam aja belum pecah jadi Surakarta sama Yogyakarta hlo tahun segitu.. haha

    Salam kenal dari Menggapai Angkasa ...

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel