-->

Review Novel Surya Mentari dan Rembulan

Review Novel Surya Mentari dan Rembulan - Halo Readers, sudah lama banget ya Ogut gak review buku bacaan di marudiyafu.com. Nah kali ini, Ogut mau #KepoBangetNihGuys sama sebuah novel yang daging banget! 

Review Novel Surya Mentari dan Rembulan

 
Surya Mentari dan Rembulan, judul novelnya. Merupakan sebuah novel karya Sili Suli, yang merupakan seorang penulis biografi dan pernah menjadi seorang jurnalis. 
 
Informasi mengenai buku Surya, Mentari dan Rembulan :

Penulis : Sili Suli
Desain Sampul : Makmur Abdullah
Sketsa Surya, Mentari & Rembulan : Ade Maulvi (Wowo Art77)
Gambar Tongkonan, Pa'bareallo & Buah Tomendoyang : Oryza Kathleen Tomasouw
Tata Letak : Bagoes Fatich
Penata Aksara : Marlin Huwaa - Penggele
Perpustakaan Nasional RI : ISBN/Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Diterbitkan oleh : Arti Bumi Intaran
Cetakan Pertama, April 2019
Cetakan Kedua, September 2019
ISBN 978-602-5963-39-1
 
Review Novel Surya Mentari dan Rembulan


Pertama kali melihat Novel dengan sampul berwarna biru disertai dengan sketsa bayangan seorang laki-laki dan dua orang perempuan bertuliskan Surya Mentari dan Rembulan ini adalah "Sepertinya novel genre romance nih! Kayaknya, ada kisah cinta segitiganya nih.. Buku tebal seperti ini tentang apa saja ya alur ceritanya?".

Lalu saat baca blurb yang tertera pada sampul belakang buku, seperti ini:
 
Surya Mentari dan Rembulan 

Novel ini berkisah tentang Surya. Seorang gembala kerbau dari Toraja yang mendapatkan tugas dan amanah dari warga kampungnya untuk mencari Mataalo, adik Mentari, kekasihnya yang diculik sekelompok orang tak dikenal di pinggiran kota Rantepao. Tugas itu dipercayakan kepada Surya dan beberapa anak muda kampung Waka'. Untungnya, saat penculikan terjadi, ayah Mataalo sempat melakukan perlawanan dan meninggalkan tanda luka pada beberapa penculik Mataalo.
 
Review Novel Surya Mentari dan Rembulan


Pencarian ini berbuntut panjang, sehingga Surya dan dua temannya terpaksa berangkat ke Yogyakarta dengan bantuan Puang Lammai dan Tabib Istu. Sesampainya di Yogyakarta, ternyata Mataalo telah dijual kepada Raden Boedijono, seorang juragan batik asal Surakarta. Puang Yaser salah seorang anggota Brigade Dhaeng berusaha membantu Surya dengan cara membeli kembali Mataalo dari tangan Raden Boedijono. Usaha Puang Yaser gagal karena Mataalo telah dijanjikan oleh Raden Boedijono untuk diserahkan kepada Koh Langgeng.

Untunglah seorang putri bangsawan Yogyakarta bernama Rembulan hadir di saat Surya dan teman-temannya telah putus asa untuk membawa pulang Mataalo ke Toraja. Berkat bantuan ayah dan kakak Rembulan, Raden Boedijono akhirnya bersedia mengembalikan Mataalo kepada Surya. Tetapi Raden Boedijono meminta kompensasi bahwa Surya harus menggantikan Mataalo sebagai porter Koh Langgeng ke Nepal demi mewujudkan nazarnya untuk membawa abu jenazah kakeknya ke kaki Gunung Sagarmatha.

Review Novel Surya Mentari dan Rembulan

 
Novel Surya Mentari dan Rembulan bisa dibilang sangat lengkap karena cerita di dalamnya ada tentang percintaan, persahabatan, budaya, dan juga perjalanan. Dengan latar cerita pada tahun 1880-an pembaca diajak memahami adat istiadat di Toraja, Yogyakarta, dan perjalanan dari Toraja, Pinrang, Parepare, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, dan Batavia. Bahkan tokoh utama pada novel ini juga berpetualang menyusuri Sungai Gangga hingga ke kaki Gunung Sagarmatha di Nepal.  
 
Surya Mentari dan Rembulan ditulis dengan begitu menarik dan lengkap! Terlihat dari keseluruhan cerita, sang penulis menuangkan idenya dengan detail. Sebuah tulisan yang berbicara bahwa cerita tersebut memang berdasarkan riset yang mendalam.  
 
Novel Surya Mentari dan Rembulan mengingatkan kita sebagai anak muda untuk melestarikan budaya atau adat istiadat yang berlaku pada suatu daerah.
 
Pada novel ini juga anak-anak muda diingatkan untuk mendengarkan nasihat-nasihat dari para tokoh setempat, seperti kutipan perkataan dari Ne Bua pada halaman 14 novel ini, "Dunia tak selebar daun miyana. Kalau jadi pelaut ulung, belajarlah dari orang Bugis, Makassar. Bila mau pintar memasak rendang belajarlah dari orang Minang. Kalau mau jago berdagang tuntutlah ilmu dari orang China. Kalau mau belajar membatik pergilah ke Tanah Jawa,"  

Review Novel Surya Mentari dan Rembulan


Yang semakin membuat novel Surya Mentari dan Rembulan yang terdiri dari 469 halaman ini kaya akan nilai budaya adalah dengan adanya istilah-istilah daerah yang juga tercantum maknanya pada bagian catatan kaki. Sehingga pembaca bisa benar-benar memahami apa yang dimaksud oleh Penulis. 
 
Saat membaca novel Surya Mentari dan Rembulan seakan diajak traveling oleh alur ceritanya. Ada senangnya, haru, sedih, hingga rasa penasaran akan kelanjutan dari cerita selanjutnya. 

Salah satu yang bikin gregetan adalah kisah percintaan antara Surya dan Mentari hingga ada orang ketiga yakni Rembulan. Akan kah Surya setia dengan Mentari atau malah berpaling ke Rembulan, sosok wanita yang telah membantunya dalam perjalanan mencari Mataalo. Greget banget sama kisahnya!
 
Nah Readers, kalau sedang mencari novel yang berbau budaya Indonesia banget, dan senang dengan cerita tentang perjalanan, Ogut sangat menyarankan untuk membaca novel Surya Mentari dan Rembulan ini. Readers akan merasakan diajak mengelilingi beberapa budaya dengan kearifan lokalnya masing-masing. 
 
Semoga artikel ini bermanfaat ya bagi Readers. Happy Reading and Stay Healthy! 

1 Response to "Review Novel Surya Mentari dan Rembulan"

  1. Ehem kalau ada novel kayak gini bawaannya suka kepincut, kalau ini baru tahu sih. Tapi, keren kayaknya ceritanya apalagi mengangkat kisah cinta yang gak biasa, dari judulnya juga bagus.

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel