-->

Tentang HARDIKNAS 2018 #SiswaBersuara

Manusia dilahirkan di dunia ini sejatinya untuk beribadah. Dan belajar merupakan salah satunya, memahami apa pun yang pantas untuk dipelajari demi mengarungi kehidupan ini. Karena ilmu merupakan cahaya penerang di dalam kehidupan. Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim selama ia masih hidup hingga ke liang lahat.
"Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu".(HR. Turmudzi).
Berbicara soal ilmu yang diperoleh dari hasil belajar, tentunya tak lepas dari kata "Pendidikan". Arti kata pendidikan menurut KBBI adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Sedangkan menurut Wikipedia, pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.

Pada tanggal 2 Mei diperingatinya Hari Pendidikan Nasional atau yang biasa disingkat dengan HARDIKNAS, adalah hari yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa. Pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia. Ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.

Filosofi Ki Hadjar Dewantara, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani (Di depan memberi contoh, di tengah membangun, di belakang memberi dorongan) digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia. 

Menengok pada sistem pendidikan di Indonesia dengan kurikulum yang semakin bertransformasi demi kemajuan bangsa. Mungkin akan lebih bernyawa jika tulisan saya kali ini juga disertai dengan apresiasi dari seorang siswa Indonesia yang sedang mengenyam bangku pendidikan.

Muhammad Fikri Irvansyah, salah satu siswa jurusan IPS kelas X (Sepuluh) di salah satu sekolah swasta di Kabupaten Tangerang. Menyatakan apresiasinya mengenai sistem pendidikan formal saat ini, "Menurut saya sistem pendidikan sekarang sudah baik dari sebelumnya, dan harus ada revisi tentang pendidikan di Indonesia yaitu walaupun sudah Fullday School, siswa jangan diberatkan dengan tugas, pelajaran, dan lain-lain. Pendidikan harus berjalan dengan minat siswa dan kurikulum sekolah. Selebihnya sudah bagus dan siswa sangat aktif dan kreatif di ekstrakulikuler."
 
Belajar tak lepas dari kegiatan membaca. Pastinya jika ingin mengetahui lebih dalam lagi mengenai berbagai hal, banyak membaca merupakan salah satu kuncinya. Termasuk yang diminati Fikri nama panggilannya, merupakan salah satu murid yang menyukai sejarah. Ia menyukai sejarah karena menurutnya saat mempelajari sejarah seperti berada pada zaman yang sedang diceritakan oleh gurunya.

Seorang siswa pasti menyukai suatu pelajaran disebabkan karena berbagai faktor. Entah itu karena masa kecil yang senang mendengar cerita, atau pun karena masa kecil yang sering menonton sejarah-sejarah, dan hal lainnya. Oleh sebab itu, di sini peran penting orang tua dalam pembentukan karakter seorang anak juga sangat utama. "Saya tertarik sejarah dari guru, film, dan buku. Bahkan di laptop saya filmnya sejarah semua. Hehe" Pungkasnya dengan terkekeh.

Menurut saya, Fikri adalah salah satu contoh siswa Indonesia yang perlu lebih dikembangkan dalam mendalami minatnya. Karena jawabannya atas pertanyaan saya yang terakhir telah membuat saya tertampar teringat umur yang sudah mencapai seperempat abad ini, belum mengetahui banyak hal mengenai sejarah. Yaitu mengenai sejarah apa yang ingin didalami oleh Fikri, ia menjawab "Sejarah tentang bangsa Indonesia, peradaban islam, dan kekhalifahan utsmaniyah."

Fikri dan seluruh siswa Indonesia lainnya perlu bersuara untuk kemajuannya dalam pendidikan. Akan lebih baik kalau setiap sekolah mempertimbangkan suara-suara mereka untuk kemudian diajukan ke pihak yang lebih berwenang. 

Hanya soal waktu, kelak Indonesia akan lebih maju lagi dari saat ini karena sistem pendidikan yang bertransformasi. Pendidikan merupakan langkah awal dalam memajukan bangsa.

Soal pendidikan, aku sempat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. 
Tapi, do'a dan usahaku tak mampu untuk membayar mahalnya pendidikan.
Jika dengan pendidikan bisa menaikkan derajat, lalu bagaimana dengan kami yang tak mampu membayar mahalnya pendidikan?
Ahhh.. ini hanya omong kosong belaka.
Ini hanya soal mau atau tidak maunya kami dalam menuntut ilmu.

3 Responses to "Tentang HARDIKNAS 2018 #SiswaBersuara"

  1. saya harap sih masyarakat indonesia semakin membangun minat untuk membaca. dengan membaca banyak hal yang bisa kita dapatkan. saya harap pemerintah bisa membangun sistem pendidikan yang tidak hanya pendidikan ilmu pengetahuan saja tapi ilmu moral.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naaah iyaa benar mba.. Moral yang utama :)
      thanks mba sudah mampir :)

      Hapus
  2. Setuju dengan daruma, tapi aku harap ada peningkatan kualitas tenaga pengajar juga.. Banyak guru yg ditempatkan bukan di bidangnya atau terpaksa ngajar.. Hasilnya murid-murid jg ga maksimal nimba ilmu. Sama kesejahteraan guru... Yg kemarin viral gaji guru honorer cuma 35k.. Mau nangis T,T

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel